Hajatan dan Kondangan yang Lebay dapat Merusak Ekonomi Keluarga

Hajatan dan Kondangan yang Lebay dapat Merusak Ekonomi Keluarga- Hajatan adalah acara (seperti resepsi dan selamatan). ( Sumber : KBBI ). Hajatan perkawinaan disebut mantu, hajatan sunatan disebut nyunati, dan sebagainya. Sedangkan pengertian kondangan menurut KBBI, adalah pergi menghadiri undangan perkawinan dsb (untuk mengucapkan selamat dsb). Kondangan berasal dari awalan "ke'' dan kata "undangan", karena pengucapan yang terlalu cepat dan berulang sehingga berubah menjadi "kondangan"( he he, ini versi Antok Sumartono ). Untuk versi Carasyamsu.com, kondangan berasal dari bahasa Jawa "kon" yang terjemahannya "disuruh" dan "dangan" yang artinya "do'a", jadi kondangan adalah menghadiri undangan untuk memberikan do'a restu. Bahasa Jawa halusnya kondangan yaitu "konjalan", mungkin asal katanya adalah kon dan jalan, jadi disuruh jalan untuk menghadiri undangan. Kalau menurut Anda, kondangan itu artinya apa  ?, he he.

Budaya kondangan sudah turun temurun sejak zaman dahulu. Pada KBBI seperti di atas, bahwa kondangan yaitu menghadiri undangan perkawinan dan sebagainya untuk mengucapkan selamat. Di halaman ini saya akan menguraikan "dsb", di mana memang baik kondangan yang hadirnya disebabkan oleh adanya kondangan maupun yang tanpa undangan itu cukup banyak acara atau hajatan yang di masyarakat kita menyebabkan adanya kegiatan kondangan.

Hajatan dan Kondangan yang Lebay dapat Merusak Ekonomi Keluarga

Sinonim/sebutan lain istilah " kondangan"  berdasarkan jenis hajatannya dapat dibedakan menjadi berbagai istilah :

1. Menghadiri undangan hajatan perkawinan dan sunatan disebut kondangan
Kehadiran orang yang kondangan pada acara perkawinan dan sunatan biasanya karena adanya undangan. Jenis undangan hajatan perkawinan dan sunatan, saat ini juga cukup banyak model atau variasinya:
  • undangan tertulis ( di Jawa disebut uleman )
  • undangan tertulis yang disertai nasi lengkap dengan lauk pauknya ( disebut kiriman atau punjungan ). He he ada juga yang menyebutnya " sega grundel" karena mayoritas yang diberi undangan merasa punya hutang yakni menghadiri hajatan dengan membawa uang untuk menyumbang.
  • undangan tertulis disertai mie instant, gula pasir, dan teh ( undangan keringan/garingan )
  • undangan lisan ( undangan sistem ijoan )
2. Menghadiri acara ulang tahun disebut ngado 
Sebenarnya budaya ngado belum begitu ramai di kalangan anak kecil angkatan 90-an, akan tetapi mulai angkatan 2000, acara ngado mulai menular ke berbagai penjuru desa. 

3. Menengok bayinya teman/saudara yang baru lahir disebut muyi/mbayi
Kehadiran orang yang muyi pada umumnya tanpa adanya undangan dari teman/saudara yang menjadi Ayah dan Ibu dari bayi tersebut. Bentuk bantuan yang diberikan ketika seseorang melakukan muyi yakni uang atau berbagai macam perlengkapan bayi. Potensi keikhlasan kondangan jenis ini sangat besar karena memang itu rejekinya bayi.

4. Membantu orang yang telah selesai membangun rumah maupun boyongan rumah disebut nyumbang
Kehadiran penyumbang pada umumnya tanpa adanya undangan dari pemilik rumah. Untuk kondangan jenis ini  potensi keikhlasan penyumbang lebih tinggi. Lingkup asal daerah penyumbang lebih terbatas. Pada umumnya hanya tetangga se-RTnya, saudara, dan teman-teman dekatnya pemilik rumah. Adapun barang sumbangannya berupa beras, minyak sayur, dan jenis makanan atau bahan makanan lainnya. Namun saat ini sudah banyak yang menyumbang dalam bentuk uang.

 5. Menghadiri acara resepsi haji disebut pengajian haji
Potensi keikhlasan dalam menyumbang orang yang mau ibadah haji juga sangat besar karena selain penyumbang mendo'akan calon jamaah haji, si penyumbang juga minta didoakan.

Contoh yang lain tentang macam/jenis kondangan dan nama lainnya silakan Anda tambahkan di kolom komentar.

Hajatan yang Lebay dapat Merusak Ekonomi Keluarga

Sahabat Pembaca, saya tidak bermaksud menggerogoti budaya kondangan yang sudah melekat pada masyarakat Indonesia, namun akhir-akhir ini saya mengamati di lingkungan sekitar, lama-kelamaan hajatan dan kondangan ( khususnya pada rangkaian acara poin nomor 1 dan 2 di atas ) bisa jadi menyebabkan rusaknya ekonomi keluarga jika hal tersebut dilakukan dengan cara yang berlebihan atau lebay.

Sahabat Pembaca, sebenarnya menyelenggarakan resepsi pernikahan maupun sunatan tidak ada salahnya bahkan Rasulullah menganjurkan/mengharapkan  kepada umatnya agar menyelenggarakan walimatunnikah dengan sederhana sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT, sekaligus sebagai sarana mengumumkan kepada masyarakat  bahwa seseorang sudah menikah. Namun saat ini masih ada saja orang yang menyelenggarakan resepsi pernikahan dengan cara yang berlebihan/mewah.

Penyebab hajatan dapat merusak ekonomi keluarga penyelenggara  antara lain :
  • niatnya salah. Di mana niat yang benar adalah mengadakan syukuran/selamatan tanpa mengharap uang kondangan. Jadi andai saja yang hadir kondangan tidak ada yang menyumbang pun, seelah selesai resepsi tersebut harusnya tidak ada bahasan untung atau rugi
  • resepsi diperlakukan seperti halnya warung makan.
  • memaksa diri untuk hutang uang/barang demi mewahnya acara
  • mengadakan hiburan yang mahal
  • mengundang orang yang tidak dienalnya. Sebagai contoh, pada instansi-instansi yang pegawainya banyak biasanya si yang punya hajat hanya meminjam daftar nama pada instansi tersebut untuk diundang tanpa memerhatikan/mempedulikan kenal atau tidak
  • dan lain sebagainya yang sifatnya pemborosan
Kondangan yang Lebay dapat Merusak Ekonomi Keluarga
Hukum menghadiri undangan adalah wajib, akan tetapi menyumbang kepada pihak yang hajatan adalah baik, bahkan mendapat pahala jika ikhlas. Namun permasalahannya, sebagai pihak yang diundang, apakah pantas dan tidak malu jika datang ke acara resepsi tersebut dengan tanpa menyumbang?, ya walupun wajibnya hanya menghadiri. Belum lagi masalah apabila si punya hajat menjadi tak seramah sebelumnya jika hadirnya orang yang kondangan tanpa menyumbang. Dalam kondisi darurat, bisa dikatakan lebih baik tidak kondangan daripada kondangan dengan tangan hampa.

Penyebab kondangan dapat merusak ekonomi keluarga penyumbang antara lain :
  • menyumbang tanpa perhitungan, hal ini sebenarnya terjadi karena sebelum menentukan jumlah rupiah yang akan disumbangkan, si penyumbang teringat undangan nasi yang mewah sehingga si calon penyumbang juga memperkirakan harga nasi + warung nasi + sewa tempat ( loh dianggapnya warung apa ? ) he he
  • pada musim kondangan di bulan-bulan tertentu terlalu banyak orang yang hajatan sehingga anggaran tak terduga yang untuk memenuhi kebutuhan sosial lebih tinggi daripada kebutuhan pokok dalam hari-hari atau bulan-bulan biasanya.
  • malu jika tidak menyumbang, walupun harus mengorbankan rasa malunya dan memaksa  hutang uang hanya untuk kondangan. Pada kasus seperti ini bisa dikatakan bahwa tujuan kondangan hanya untuk menutupi wajahnya ( nutup rai )
  • menghadiri undangannya orang yang tidak dikenal. he he, apakah bisa terjadi?, bisa saja karena ini terkait dengan undangan dari si punya hajat yang asal mengundang
  • dan lain sebagainya
Cara yang baik dalam menyelenggarakan hajatan yaitu dengan mengadakan resepsi yang sederhana saja. Sedangkan cara agar kondangan tidak membebani atau menimbulkan permasalahan yakni dengan cara menyesuaikan kemampuan atau menyumbang dengan ukuran standar saja, jika lagi kosong, jangan lah memaksakan diri untuk hutang uang hanya demi menutup wajah.

Demikian tentang Hajatan dan Kondangan yang Lebay dapat Merusak Ekonomi Keluarga. Semoga budaya kondangan di Indonesia tetap lestari dan tidak menyebabkan rusaknya ekonomi rakyat.

Baca juga Berbagai Jenis Budaya Arisan dan Manfaatnya